Kick, Laugh, and the Durian Fiasco
FluentFiction - Indonesian
Kick, Laugh, and the Durian Fiasco
Pelariannya dari hujan sore itu membawa Budi ke pasar tradisional yang penuh warna.
Her escape from the evening rain brought Budi to the colorful traditional market.
Langkah kaki orang-orang yang sibuk berbelanja menjadi irama yang menyenangkan bagi telinga.
The bustling footsteps of people shopping created a pleasant rhythm for the ears.
Di sana, di sudut pasar, ia melihat Putri dan Dewi, dua sahabatnya yang sudah menunggunya dengan senyuman.
There, in a corner of the market, he saw Putri and Dewi, his two friends who had been waiting for him with smiles.
Mereka bertiga lalu menjelajahi lorong-lorong sempit yang dipenuhi dengan segala macam jualan.
The three of them then explored the narrow alleys filled with all kinds of merchandise.
Buah-buahan segar, sayur-sayuran hijau, dan aneka bumbu dapur ditempatkan dengan rapih di setiap kios.
Fresh fruits, green vegetables, and various spices were neatly arranged at each stall.
Tiba-tiba Budi terhenti, matanya tertuju pada sesuatu yang bulat dan besar.
Suddenly, Budi stopped, his eyes focusing on something round and large.
Dengan rasa ingin tahu, ia mendekati tumpukan yang dia anggap sebagai bola sepak eksotis.
Curiously, he approached the pile he thought was an exotic soccer ball.
Tanpa pikir panjang, Budi mengambil ancang-ancang dan menendang salah satunya.
Without hesitation, Budi took aim and kicked one of them.
"Boom!
"Boom!"
" kaki Budi terasa nyeri, dan seketika aroma kuat mencuat ke udara.
Budi's foot felt pain, and instantly a strong aroma wafted into the air.
Budi lompat ke belakang, sambil memegangi kakinya yang sakit.
Budi jumped back, holding his sore leg.
Ternyata, bukan bola sepak yang ia tendang, tetapi durian, 'raja buah' yang terkenal akan baunya yang tajam.
It turned out, it wasn't a soccer ball he had kicked, but a durian, the famous 'king of fruits' known for its sharp smell.
Putri dan Dewi tertawa melihat kekonyolan teman mereka, sementara penjual durian mengerutkan dahi dengan wajah bingung.
Putri and Dewi laughed at their friend's silliness, while the durian seller furrowed his brow in confusion.
Budi meminta maaf sambil merasa malu, dan merekalah yang harus menenangkan penjual durian yang hampir saja marah.
Budi apologized, feeling embarrassed, and it was up to them to calm the almost-angry durian seller.
Untuk menebus kesalahannya, Budi memutuskan untuk membeli beberapa buah durian.
To make amends, Budi decided to buy some durians.
Si penjual akhirnya tersenyum dan baunya yang tajam perlahan menjadi aroma yang akrab diantara tawa dan cerita.
The seller finally smiled, and its pungent smell slowly became a familiar aroma amidst laughter and stories.
Ketiga sahabat itu pun meneruskan petualangan mereka di pasar tradisional dengan hati yang riang dan pelajaran yang berharga.
The three friends then continued their adventure at the traditional market with lightheartedness and a valuable lesson.
Tidak semua yang bulat itu bola, dan tak semua kesalahan berakhir buruk, terkadang hanya butuh tawa dan durian untuk membuat hari kembali indah.
Not everything round is a ball, and not every mistake ends badly; sometimes all it takes is laughter and durian to make the day beautiful again.