Chili Disguise: A Sweet Mix-Up at the Market
FluentFiction - Indonesian
Chili Disguise: A Sweet Mix-Up at the Market
Di sudut pasar tradisional yang ramai, Agus dan Sari berjalan beriringan.
In the corner of a bustling traditional market, Agus and Sari walked side by side.
Matahari bersinar terik di atas kepala, menghangatkan keramaian tempat itu.
The scorching sun shone above, warming the bustle of the place.
Agus haus sekali.
Agus was very thirsty.
"Mau minum apa, Agus?" tanya Sari sambil menenteng tas belanja yang berisi sayur dan buah-buahan.
"What do you want to drink, Agus?" Sari asked, carrying a shopping bag filled with vegetables and fruits.
"Minum apa saja yang segar. Kau pilihkan untukku ya, Sari?" jawab Agus.
"Anything refreshing. Would you pick one for me, Sari?" Agus replied.
Sambil mencari tempat yang bisa menawarkan mereka minuman segar, Sari dan Agus berhenti di sebuah warung makan kecil di ujung pasar.
As they looked for a place that could offer them a refreshing drink, Sari and Agus stopped at a small eatery at the end of the market.
Di warung itu mereka melihat berbagai macam kue dan aneka rasa selai yang terlihat sangat menggugah selera.
In the eatery, they saw various cakes and a variety of tantalizing jams.
"Selai buah! Lihat, Agus, selai stroberi dan rambutan. Mau coba melepas dahaga dengan roti selai?" Sari menunjuk ke arah toples-toples yang berjejer rapi di atas meja.
"Fruit jam! Look, Agus, there's strawberry and rambutan jam. Want to quench your thirst with jam and bread?" Sari pointed to the neatly arranged jars on the table.
Agus menunjuk salah satu toples yang berwarna merah menggiurkan. "Yang itu kelihatannya enak. Aku yakin itu pasti selai buah yang manis!" katanya dengan penuh antusias.
Agus pointed to a tempting red jar. "That one looks delicious. I'm sure it's sweet fruit jam!" he said eagerly.
Tanpa meminta penjelasan dari pemilik warung, Sari mengambil toples merah itu dan mengoleskannya di atas potongan roti yang sudah disiapkan.
Without asking for an explanation from the eatery owner, Sari took the red jar and spread it on a piece of prepared bread.
Setelah memberikan potongan roti olesan selai merah pada Agus, Sari pun mengambil potongan lain untuk dirinya sendiri.
After giving a piece of bread spread with red jam to Agus, Sari took another piece for herself.
Saat gigi Agus menggigit roti, matanya langsung terbelalak. Rasa manis yang dia harapkan ternyata adalah serangan pedas yang menyengat!
When Agus bit into the bread, his eyes widened. The sweet flavor he expected turned out to be a pungent attack of spiciness!
"Aduh, pedas! Ini bukan selai buah, ini sambal!"
"Ouch, it's spicy! This isn't fruit jam, it's chili paste!"
Sari yang sudah hampir akan memasukkan roti ke dalam mulutnya langsung terkejut. Dia terkekeh lalu mendekatkan potongan roti ke hidungnya, "Oh Agus, ini memang sambal bukan selai! Warnanya hampir sama, tapi baunya... sangat berbeda!"
Sari, who was about to put the bread in her mouth, was also surprised. She chuckled and brought the piece of bread closer to her nose, "Oh Agus, this is indeed chili paste, not jam! The color is almost the same, but the smell... so different!"
Kulit wajah Agus merah, bukan hanya karena rasa pedas di lidahnya, tapi juga karena malu atas kesalahannya sendiri. "Aku kira pedasnya cinta," kelakar Agus berusaha mencairkan suasana.
Agus's face turned red, not just because of the spiciness on his tongue, but also from embarrassment at his own mistake. "I thought the spiciness was love," Agus joked, trying to lighten the mood.
Mereka berdua tertawa bersama, dan pemilik warung yang melihat kejadian itu ikut tertawa. "Wah, Pak, ini memang sambal andalan kami lho. Pedasnya memang sepedas-pedasnya!" kata pemilik warung tersebut sembari menawarkan minuman untuk menghilangkan pedas di mulut Agus.
They both laughed, and the eatery owner who saw the incident also laughed. "Wow, Sir, this is indeed our special chili paste. It's really, really spicy!" said the eatery owner, offering a drink to help ease the spiciness in Agus's mouth.
Meskipun tertawa, Sari merasa kasihan pada Agus. "Yuk, aku belikan es kelapa muda biar hilang pedasnya," ujar Sari lalu mereka berdua pergi ke penjual es kelapa muda yang tidak jauh dari situ.
Even though they laughed, Sari felt sorry for Agus. "Come on, I'll get a young coconut ice to get rid of the spiciness," said Sari, and they both went to a young coconut ice seller nearby.
Setelah minum es kelapa muda yang menyegarkan, rasa pedas di mulut Agus perlahan hilang. Dia merasa bersyukur mempunyai teman seperti Sari yang selalu ada di saat kepanikan dan tawa.
After drinking the refreshing young coconut ice, the spiciness in Agus's mouth slowly faded. He felt grateful to have a friend like Sari who was always there in moments of panic and laughter.
Dengan hati yang masih berdegup dan lidah yang masih bisa merasakan sisa pedas, Agus berjanji pada dirinya sendiri bahwa lain kali dia akan memastikan apa yang dia makan atau minum sebelum terburu-buru.
With a still pounding heart and a tongue that could still feel the lingering spiciness, Agus promised himself that next time, he would make sure of what he was eating or drinking before rushing.
Agus dan Sari kemudian melanjutkan berbelanja dengan hati yang riang. Agus memutuskan untuk membawa pulang toples sambal itu sebagai kenang-kenangan atas kejadian yang tak terlupakan di pasar tradisional itu.
Agus and Sari then continued shopping with joyous hearts. Agus decided to take the jar of chili paste home as a memento of the unforgettable incident at the traditional market.