Navigating Family Bonds Amidst Independence Day Celebrations
FluentFiction - Indonesian
Navigating Family Bonds Amidst Independence Day Celebrations
Langit berwarna biru cerah.
The sky was a bright blue.
Angin bertiup sejuk menyentuh wajah-wajah anak-anak yang berlari-lari di halaman rumah mereka.
A cool breeze touched the faces of children running around the yard of their homes.
Di pinggir jalan, rumah-rumah modern berbaris rapi, dengan bendera merah putih menghiasi setiap sudut rumah untuk merayakan Hari Kemerdekaan.
Along the roadside, modern houses stood in neat rows, with the red and white flag adorning every corner to celebrate Independence Day.
Di dalam sebuah mobil berwarna silver, Ayu dan Budi sedang berkendara menuju rumah keluarga besar mereka untuk menghadiri reuni keluarga.
Inside a silver car, Ayu and Budi were driving toward their extended family’s house for a family reunion.
Ayu duduk di kursi penumpang, memegang daftar nama keluarga yang akan hadir, serta foto-foto lama yang ia temukan di album keluarga.
Ayu sat in the passenger seat, holding a list of family members who would attend, as well as old photos she had found in the family album.
"Aku berharap semua akan hadir," ucap Ayu sambil melihat foto lama.
"I hope everyone will be there," said Ayu, looking at an old photo.
"Aku merasa kita semakin jauh satu sama lain."
"I feel like we’re growing further apart."
Budi yang duduk di belakang setir hanya mengangguk.
Budi, sitting behind the wheel, just nodded.
Dia melirik ke arah jalan, mencoba menikmati perjalanan yang damai.
He glanced at the road, trying to enjoy the peaceful journey.
"Iya, tapi, buat apa terlalu dipikirkan?
"Yeah, but why worry so much?
Yang penting kita hadir, kan?" jawab Budi dengan nada santai.
The important thing is we show up, right?" Budi replied in a relaxed tone.
Ayu menghela napas.
Ayu sighed.
"Budi, ini lebih dari sekedar hadir.
"Budi, it’s more than just showing up.
Ini tentang menjaga tradisi dan mempererat hubungan keluarga."
This is about keeping traditions and strengthening family bonds."
Budi melihat ke arah Ayu sejenak lalu kembali fokus ke jalan.
Budi looked at Ayu for a moment before focusing back on the road.
"Aku hanya tidak paham kenapa itu sangat penting.
"I just don’t understand why it’s so important.
Semua orang sibuk dengan kehidupan masing-masing sekarang."
Everyone’s busy with their own lives now."
Saat mobil melaju di jalan yang dipenuhi bendera merah putih dan anak-anak yang bermain, ketegangan di dalam mobil semakin terasa.
As the car drove along the street filled with red and white flags and playing children, the tension inside the car grew palpable.
Ayu memutuskan untuk memulai pembicaraan yang selama ini ia hindari.
Ayu decided to start a conversation she had been avoiding.
"Budi, kenapa kamu selalu tampak acuh tak acuh terhadap keluarga?"
"Budi, why do you always seem indifferent to the family?"
Budi terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat.
Budi was silent for a moment, searching for the right words.
"Aku tidak mau ada konflik.
"I don’t want any conflict.
Kadang, lebih baik semuanya tetap sederhana dan tidak terlalu dramatis."
Sometimes, it’s better if everything stays simple and not too dramatic."
Ayu menggelengkan kepala.
Ayu shook her head.
"Tapi, Budi, justru dengan tidak peduli, kita malah semakin menjauh."
"But Budi, by not caring, we’re growing even more distant."
Budi menghela napas panjang.
Budi exhaled deeply.
"Aku tahu kamu sentimental, Ayu.
"I know you’re sentimental, Ayu.
Tapi hidup harus terus berjalan, tidak semua hal bisa diperlakukan dengan begitu emosional."
But life has to go on; not everything can be treated so emotionally."
Kata-kata Budi membuat Ayu terdiam sejenak.
Budi’s words left Ayu silent for a moment.
Ia merasa kesal, tetapi juga tahu bahwa mungkin ada sisi dari Budi yang belum ia pahami.
She felt annoyed, but also knew that there might be a part of Budi she hadn't understood yet.
Akhirnya, Ayu memutuskan untuk membuka hatinya lebih lebar.
Finally, Ayu decided to open her heart wider.
"Budi, aku hanya ingin kita bisa merasakan kehangatan keluarga lagi.
"Budi, I just want us to feel the warmth of family again.
Aku ingin kita punya kenangan indah yang bisa kita ceritakan nanti."
I want us to have beautiful memories we can share later."
Budi memperlambat laju mobil dan melihat ke arah Ayu dengan tatapan lembut.
Budi slowed the car and looked at Ayu with a gentle gaze.
"Aku mengerti keinginanmu, Ayu.
"I understand your desire, Ayu.
Mungkin aku harus mencoba lebih menghargai itu."
Maybe I should try to appreciate it more."
Dalam keheningan yang menyusul, mobil mereka meluncur mulus di jalanan suburb yang dipenuhi perayaan kemerdekaan.
In the ensuing silence, their car smoothly glided down the suburban roads filled with Independence Day celebrations.
Setelah beberapa saat, Budi berkata, "Bagaimana kalau kita coba menikmatinya?
After a while, Budi said, "How about we try to enjoy it?
Kita ikuti tradisinya dengan lebih santai."
Let’s follow the tradition more casually."
Ayu tersenyum, merasa sedikit lega.
Ayu smiled, feeling a bit relieved.
"Baik, kita coba saja.
"Alright, let’s try.
Aku akan mencoba untuk tidak terlalu memaksakan, dan kamu berusaha untuk lebih terbuka."
I’ll try not to be too forceful, and you try to be more open."
Sesampainya di rumah keluarga, mereka disambut dengan pelukan hangat dari saudara-saudara.
When they arrived at their family’s house, they were greeted with warm hugs from their relatives.
Anak-anak berlarian, musik berkumandang, dan aroma makanan tradisional memenuhi udara.
Children ran around, music played, and the aroma of traditional food filled the air.
Meski ada sedikit ketegangan sebelumnya, Ayu dan Budi mulai merasa lebih nyaman.
Despite the earlier tension, Ayu and Budi started to feel more comfortable.
Melihat keluarga besar mereka yang berkumpul sambil tertawa dan bercerita, Ayu dan Budi saling menatap dengan penuh pengertian.
Seeing their extended family gathered, laughing and sharing stories, Ayu and Budi looked at each other with mutual understanding.
Untuk pertama kalinya, mereka merasa menemukan jalan tengah.
For the first time, they found common ground.
Ayu belajar untuk menghargai sikap santai Budi, sementara Budi mulai memahami pentingnya tradisi bagi Ayu.
Ayu learned to appreciate Budi’s relaxed attitude, while Budi began to understand the importance of tradition for Ayu.
Hari itu menjadi awal baru bagi mereka berdua, dengan harapan baru untuk keluarga yang lebih erat.
That day became a new beginning for them, with new hopes for a closer-knit family.
Dan di tengah sorak-sorai perayaan kemerdekaan, mereka menemukan kebebasan untuk saling memahami dan menghargai, dengan cara mereka sendiri.
Amidst the cheers of the Independence Day celebration, they found the freedom to understand and appreciate each other, in their own ways.