Hujan deras mengguyur malam itu di luar jendela rumah Budi.

The heavy rain poured outside the window of Budi's house that night.

Di dalam ruangan yang hangat dan nyaman, suasana berubah menjadi intens.

Inside the warm and cozy room, the atmosphere became intense.

Budi, Dewi, dan Rizal duduk melingkari meja kecil di ruang tamu.

Budi, Dewi, and Rizal sat around a small table in the living room.

Mereka sedang berkumpul untuk bermain poker, seperti yang biasa mereka lakukan untuk menghabiskan waktu di musim hujan.

They had gathered to play poker, as they usually did to pass the time during the rainy season.

Lampu kuning lembut menerangi kartu di tangan mereka, sementara suara air hujan menambah ketegangan malam itu.

A soft yellow lamp illuminated the cards in their hands, while the sound of the rain added to the tension of the night.

Permainan yang awalnya santai berubah menjadi lebih serius.

The game that was initially casual turned more serious.

Dewi menatap Budi, yang selalu percaya diri dengan kemampuannya bermain poker.

Dewi stared at Budi, who was always confident in his poker-playing skills.

“Dewi, kali ini aku tidak akan kalah,” seru Budi, sambil melemparkan beberapa chip ke tengah meja.

"Dewi, this time I won't lose," shouted Budi, as he tossed a few chips into the middle of the table.

Senyumnya lebar, penuh semangat.

His smile was wide and enthusiastic.

Rizal hanya tersenyum kecil, memperhatikan kartu di tangannya dengan tenang.

Rizal just gave a small smile, calmly observing the cards in his hand.

Dewi tahu, walaupun Rizal pendiam, dia adalah pesaing yang tangguh.

Dewi knew that although Rizal was quiet, he was a tough competitor.

Namun, hati Dewi berpacu bukan hanya karena permainannya.

However, Dewi's heart raced not only because of the game.

Dia memiliki rencana rahasia – sebuah kejutan untuk keluarganya pada liburan Tahun Baru, dan malam ini adalah kesempatan untuk mengumpulkan dana untuk itu.

She had a secret plan - a surprise for her family on New Year's holiday, and tonight was her chance to gather funds for it.

Memikirkan keluarganya, Dewi mengumpulkan keberanian.

Thinking of her family, Dewi summoned the courage.

Kali ini, dia harus bermain lebih berani, meninggalkan sifatnya yang biasanya berhati-hati.

This time, she needed to play more boldly, leaving her usually cautious nature behind.

Dia mengintip kartunya lalu memutuskan untuk menaikkan taruhan, mengikuti langkah Budi yang agresif.

She peeked at her cards and then decided to raise the stakes, following Budi's aggressive move.

Permainan berlanjut dengan percakapan antara Budi dan Rizal.

The game continued with a conversation between Budi and Rizal.

Ketegangan meningkat, dan Dewi terus berpikir apakah sebaiknya dia menggertak atau tetap bermain aman.

The tension increased, and Dewi kept thinking whether she should bluff or play it safe.

Akhirnya, permainan mencapai puncaknya.

Finally, the game reached its climax.

Hanya tersisa Dewi dan Budi di ronde terakhir.

Only Dewi and Budi were left in the final round.

Budi meletakkan semua chipnya ke atas meja dan tersenyum, “Ini semua atau tidak sama sekali.

Budi put all his chips on the table and smiled, "It's all or nothing.

Berani bertaruh, Dewi?

Are you daring enough to bet, Dewi?"

”Dewi merasa gugup, tapi demi keluarganya, dia menatap Budi dan dengan tegas menggeser semua chipnya ke tengah meja.

Dewi felt nervous, but for her family, she looked at Budi and firmly pushed all her chips to the center of the table.

“Aku ikut.

"I'm in."

”Semua mata tertuju pada kartu mereka.

All eyes were on their cards.

Budi membuka kartunya dengan percaya diri.

Budi confidently revealed his cards.

Namun, Dewi menghela napas lega saat membuka kartu terakhirnya, sebuah kemenangan dengan menggertak yang mengesankan.

However, Dewi took a sigh of relief as she revealed her final card, winning with an impressive bluff.

“Wah, aku kalah sama Dewi kali ini,” kata Budi sambil tertawa, meskipun dia tampak terkejut.

"Wow, I lost to Dewi this time," said Budi with a laugh, though he seemed surprised.

Dewi tersenyum puas.

Dewi smiled with satisfaction.

Ini bukan hanya tentang kemenangan, tapi tentang keberanian yang baru ditemukannya.

It wasn't just about winning, but about the newfound courage.

Malam itu, dengan kegembiraan di hatinya, Dewi membayangkan wajah-wajah gembira keluarganya saat dia mengumumkan kejutan liburan Tahun Baru.

That night, with joy in her heart, Dewi imagined the delighted faces of her family when she announced the New Year's holiday surprise.

Hujan masih turun di luar, membawa pesan perubahan dan harapan baru untuk tahun yang akan datang.

The rain still fell outside, bringing a message of change and new hope for the coming year.