Voting Booth Slip-up: A Lesson in Laughter and Friendship
FluentFiction - Indonesian
Voting Booth Slip-up: A Lesson in Laughter and Friendship
Di tengah kesibukan pelaksanaan pemilu di sebuah balai pertemuan di Jakarta, masyarakat berbondong-bondong datang untuk memberikan suara.
Amid the hustle and bustle of election day at a community hall in Jakarta, people flocked to cast their votes.
Hujan turun deras, ritmenya menghantam atap seng balai tersebut.
The rain poured heavily, its rhythm pounding on the zinc roof of the hall.
Di antara keramaian itu ada Budi, seorang guru yang ceria dan dikenal karena ketelitiannya.
Among the crowd was Budi, a cheerful teacher known for his meticulousness.
Budi ingin segera memberikan suaranya supaya bisa bertemu Sari, teman masa kecilnya, di acara malam tahun baru.
Budi wanted to cast his vote quickly so he could meet Sari, his childhood friend, at the New Year's Eve event.
Sari dan Joko, teman mereka sejak sekolah, juga ada di sana.
Sari and Joko, their friend since school, were also there.
Sari bahkan sudah membawa sekotak klepon untuk mereka nikmati nanti.
Sari had even brought a box of klepon for them to enjoy later.
Namun, ketika Budi masuk ke bilik suara, musibah kecil terjadi.
However, when Budi entered the voting booth, a small mishap occurred.
Sandal jepitnya tersangkut di lipatan bilik suara yang bisa dilipat.
His flip-flop got stuck in the foldable polling booth.
Budi merasa malu, apalagi Sari dan Joko melihatnya.
Budi felt embarrassed, especially since Sari and Joko saw him.
Mereka menahan tawa melihat Budi berusaha melepaskan sandalnya.
They stifled their laughter as they watched Budi trying to free his sandal.
Budi yang biasanya tenang dan teratur mendadak harus mengorbankan citranya.
Budi, who was usually calm and orderly, suddenly had to sacrifice his composure.
Ia jongkok, menarik-narik sandalnya dengan wajah memerah.
He squatted down, tugging at his sandal with a red face.
Orang-orang mulai memperhatikan, dan akhirnya Sari maju membantu.
People began to notice, and eventually, Sari stepped forward to help.
Dengan sedikit tawa dan tarik-menarik, sandal Budi akhirnya bebas.
With a bit of laughter and tugging, Budi's sandal was finally free.
Namun, gerakan itu membuat Budi terjatuh dan menciptakan domino bilik suara yang terjungkal satu per satu.
However, the motion caused Budi to fall, triggering a domino effect of voting booths toppling over one by one.
Keributan kecil itu segera ditangani oleh petugas, sementara Budi berdiri dengan wajah malu.
The small commotion was quickly handled by the officials, while Budi stood with a face full of embarrassment.
Tapi Sari mendekatinya sambil tertawa menggoda.
But Sari approached him, laughing teasingly.
"Lain kali, jangan terlalu serius, Budi," katanya dengan senyum.
"Next time, don't be too serious, Budi," she said with a smile.
Setelah situasi terkendali, Budi akhirnya bisa memberikan suaranya.
Once the situation was under control, Budi finally cast his vote.
Kemudian, bersama Sari, dia duduk di sudut balai, menikmati klepon sambil tertawa membicarakan kejadian tadi.
Then, together with Sari, he sat in a corner of the hall, enjoying klepon while laughing about the earlier incident.
Malam itu, Budi menyadari sesuatu.
That night, Budi realized something.
Tertawa bersama teman lebih menyenangkan daripada menjaga tampak sempurna setiap saat.
Laughing with friends was more enjoyable than trying to appear perfect all the time.
Di tengah suasana gembira perayaan tahun baru, Budi merasa puas dan senang menjadi dirinya sendiri.
Amid the joyful New Year celebration, Budi felt content and happy being himself.