A Reunion Amid Rain: Healing Bonds at Borobudur
FluentFiction - Indonesian
A Reunion Amid Rain: Healing Bonds at Borobudur
Ayu berdiri di depan Candi Borobudur, mengagumi keindahan batu-batu tua yang mengisahkan sejarah.
Ayu stood in front of Candi Borobudur, admiring the beauty of the ancient stones that tell a story of history.
Pohon-pohon hijau yang rimbun mengelilinginya, menciptakan suasana yang tenang di tengah keramaian perayaan Imlek.
Lush green trees surrounded her, creating a serene atmosphere amid the bustling Imlek celebration.
Aroma hujan dan dupa menggantung di udara, seakan mengantarkan doa-doa.
The scent of rain and incense hung in the air, as if carrying prayers.
Hari ini adalah hari yang spesial.
Today was a special day.
Ayu berkumpul dengan kakak dan adiknya, Budi dan Citra, di tempat yang penuh kenangan ini.
Ayu gathered with her siblings, Budi and Citra, in this place full of memories.
Dulu, hubungan mereka dekat, tetapi jarak dan kesalahpahaman memisahkan mereka.
In the past, their relationship was close, but distance and misunderstandings tore them apart.
Ayu merasa bersalah dan ingin memperbaiki keadaan.
Ayu felt guilty and wanted to rectify the situation.
Namun, ketakutan membuatnya ragu-ragu.
However, fear made her hesitate.
Kerumunan orang yang merayakan Imlek memberikan warna merah dan emas di setiap sudut.
The crowd celebrating Imlek painted every corner in red and gold.
Suasana meriah, namun Ayu merasa kesepian dalam keramaian itu.
The atmosphere was festive, yet Ayu felt lonely in that crowd.
Dia terus mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Budi dan Citra.
She kept looking for the right time to talk to Budi and Citra.
Kakaknya sibuk mengobrol dengan tamu lain, sementara adiknya mengabadikan momen-momen dalam foto.
Her brother was busy chatting with other guests, while her sister captured moments in photographs.
Saat itu, awan gelap menyelimuti langit dan hujan turun tanpa ampun.
At that moment, dark clouds enveloped the sky and rain poured down mercilessly.
Semua orang bergegas mencari tempat berlindung.
Everyone hurried to find shelter.
Ayu, Budi, dan Citra akhirnya berkumpul di bawah sebuah pavilion.
Ayu, Budi, and Citra finally gathered under a pavilion.
Kilatan petir menyinari wajah gelisah Ayu.
Flashes of lightning lit up Ayu's anxious face.
Ini kesempatannya.
This was her chance.
“Aku ingin bicara,” kata Ayu, suaranya terdengar gemetar.
"I want to talk," Ayu said, her voice trembling.
Budi dan Citra menoleh padanya.
Budi and Citra turned toward her.
Keheningan sejenak, hanya suara hujan yang memecah kesunyian.
A brief silence, only the sound of rain broke the quiet.
“Aku minta maaf kalau dulu aku salah.
"I'm sorry if I was wrong in the past.
Aku ingin kita bisa dekat lagi,” lanjut Ayu.
I want us to be close again," Ayu continued.
Matanya memohon pengertian dari kedua saudaranya.
Her eyes pleaded for understanding from her siblings.
Budi menghela napas panjang.
Budi took a deep breath.
“Ayu, kita juga salah.
"Ayu, we were wrong too.
Kita semua sibuk dan lupa satu sama lain.
We all got busy and forgot each other."
” Citra mengangguk setuju.
Citra nodded in agreement.
“Kita keluarga.
"We're family.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai lagi,” tambah Citra dengan lembut.
It's never too late to start again," added Citra gently.
Kata-kata sederhana itu seperti menyalakan lilin harapan di hati Ayu.
Those simple words were like lighting a candle of hope in Ayu's heart.
Mereka berbicara panjang lebar, saling berbagi cerita dan tawa, meski kenangan pahit masih menyisip di antaranya.
They talked at length, sharing stories and laughter, even though bitter memories still lingered among them.
Hujan di luar pavilion menjadi musik latar, membersihkan rindu yang tertutupi debu waktu.
The rain outside the pavilion became a soundtrack, washing away longing that had been covered by the dust of time.
Saat hujan mereda, ketiga saudara itu keluar dari pavilion.
As the rain eased, the three siblings stepped out of the pavilion.
Langit perlahan cerah, matahari muncul malu-malu di ufuk.
The sky gradually cleared, the sun timidly peeking at the horizon.
Ayu merasakan kedamaian dalam hatinya.
Ayu felt at peace in her heart.
Hubungan mereka memang masih perlu waktu untuk sembuh sepenuhnya, namun langkah awal telah diambil.
Their relationship indeed still needed time to fully heal, but the first step had been taken.
Ayu menyadari bahwa kejujuran adalah kunci untuk sembuh dari luka lama.
Ayu realized that honesty was the key to healing old wounds.
Dengan tangan saling bergandengan, mereka berjalan mengitari Borobudur, meninggalkan masa lalu yang penuh kesalahpahaman dan memasuki babak baru sebagai keluarga yang saling mendukung.
With hands held together, they walked around Borobudur, leaving behind a past full of misunderstandings and entering a new chapter as a supportive family.
Di tengah suasana perayaan Imlek, Ayu, Budi, dan Citra kembali merasakan kehangatan dari arti kata “keluarga.
In the midst of the Imlek celebration atmosphere, Ayu, Budi, and Citra once again felt the warmth of what it means to be a "family."