Amidst Tropical Rain: A Daughter's Strength and Hope
FluentFiction - Indonesian
Amidst Tropical Rain: A Daughter's Strength and Hope
Di sebuah rumah sakit yang ramai di Jakarta, suara hujan tropis terdengar jelas dari luar jendela ruang tunggu.
In a busy hospital in Jakarta, the sound of tropical rain was clearly audible from outside the window of the waiting room.
Putri duduk di antara keluarganya, merasakan dinginnya lantai keramik di bawah kaki.
Putri sat among her family, feeling the coldness of the ceramic floor beneath her feet.
Hari ini adalah musim panas di belahan bumi selatan, namun suasana terasa gelisah, bukan cerah seperti seharusnya.
Today was summer in the southern hemisphere, yet the atmosphere felt restless, not bright as it should have been.
Ayahnya sedang menjalani operasi yang penting, dan Putri merasa beban tanggung jawab menjaga perasaan keluarga ada di pundaknya.
Her father was undergoing an important surgery, and Putri felt the burden of responsibility to maintain the family's feelings resting on her shoulders.
Di sebelah kiri Putri, Adi, kakak lelakinya, mondar-mandir gelisah.
To Putri's left, Adi, her older brother, was pacing nervously.
"Berapa lama lagi, Putri?
"How much longer, Putri?
Kenapa lama sekali operasinya?
Why is the surgery taking so long?"
" Adi berbicara dengan nada cemas, membuat Putri merasa harus melakukan sesuatu.
Adi spoke with an anxious tone, making Putri feel the need to do something.
Putri menatap Adi dengan lembut.
Putri looked at Adi gently.
"Ingat waktu kita bermain di sawah dulu?
"Remember when we used to play in the fields?
Bagaimana kita tertawa saat jatuh di lumpur?
How we laughed when we fell in the mud?"
" katanya, mencoba mengalihkan perhatian Adi dari kecemasannya.
she said, trying to divert Adi's mind from his worries.
Adi berhenti sejenak, tersenyum kecil, mengingat masa-masa bahagia mereka dulu.
Adi paused for a moment, a small smile spread as he remembered their happy childhood moments.
Sari, ibu mereka, duduk di sudut ruangan dengan tangan terlipat, diam-diam berdoa.
Sari, their mother, sat in the corner of the room with her hands folded, silently praying.
Wajahnya tampak tenang, namun Putri tahu betapa khawatirnya Sari.
Her face appeared calm, but Putri knew how worried Sari was.
Putri mendekati ibunya, duduk di samping.
Putri approached her mother, sitting beside her.
"Bu, dokter bilang Ayah dalam kondisi baik sebelum masuk ruang operasi.
"Mom, the doctor said Dad was in good condition before entering the operating room.
Mereka sangat berpengalaman," Putri mengingatkan ibunya dengan suara lembut, berusaha memberikan harapan.
They are very experienced," Putri reminded her mom with a soft voice, trying to offer hope.
Waktu berlalu perlahan, setiap menit terasa seperti jam.
Time passed slowly, each minute feeling like an hour.
Suasana ruang tunggu dipenuhi wajah-wajah cemas lainnya yang menanti kabar dari orang-orang tersayang mereka.
The atmosphere in the waiting room was filled with other anxious faces waiting for news from their loved ones.
Suara langkah dokter dan perawat yang berlalu-lalang mengisi ruang, tetapi Putri tetap tenang.
The sound of footsteps of doctors and nurses walking back and forth filled the space, but Putri remained calm.
Dia tahu, dia harus menjadi sumber kekuatan bagi keluarganya.
She knew she had to be a source of strength for her family.
Akhirnya, seorang dokter keluar dari ruang operasi.
Finally, a doctor emerged from the operating room.
Wajahnya menyiratkan ketenangan.
His face conveyed calmness.
Ia berjalan menuju keluarga Putri.
He walked towards Putri's family.
Semua mata tertuju padanya, menanti dengan penuh harap dan sedikit rasa takut.
All eyes turned to him, waiting with full hope and a bit of fear.
"Bagaimana kondisi Ayah saya, Dok?
"How is my father's condition, Doctor?"
" tanya Putri dengan suara lembut, tetapi mantap.
Putri asked in a gentle, yet steady voice.
Dokter tersenyum.
The doctor smiled.
"Operasinya sukses.
"The surgery was successful.
Ayah kalian akan baik-baik saja.
Your father will be okay.
Ia butuh waktu untuk pemulihan, tetapi semua berjalan dengan lancar," jawab dokter dengan suara melegakan.
He needs time to recover, but everything went smoothly," the doctor replied in a reassuring tone.
Seketika, gelombang kelegaan melanda mereka.
Immediately, a wave of relief washed over them.
Adi memeluk Putri erat, senyum ceria kembali menghiasi wajahnya.
Adi hugged Putri tightly, a cheerful smile returned to his face.
Sari mengucapkan syukur berulang kali, matanya berkaca-kaca, penuh rasa syukur.
Sari repeatedly gave thanks, her eyes moist with gratitude.
Dalam momen itu, Putri menyadari sesuatu.
In that moment, Putri realized something.
Dia merasakan kekuatan dari harapan dan kebersamaan.
She felt the strength from hope and togetherness.
Bahwa dengan sedikit optimisme dan cinta, dia bisa menggenggam keluarganya lebih erat.
That with a little optimism and love, she could hold her family closer.
Keyakinannya tidak hanya bertahan, tetapi semakin kuat.
Her conviction not only endured but grew stronger.
Di musim panas yang penuh tantangan itu, Putri tumbuh menjadi pilar bagi keluarganya, menghadapi segala sesuatu dengan hati yang teguh.
In that challenging summer, Putri grew to become a pillar for her family, facing everything with a steadfast heart.