
Finding Heritage Through Friendship at Candi Borobudur
FluentFiction - Indonesian
Finding Heritage Through Friendship at Candi Borobudur
Di bawah langit biru cerah musim panas, Candi Borobudur berdiri megah, pusat perhatian siswa yang sedang melakukan kunjungan lapangan.
Under the bright blue summer sky, Candi Borobudur stood majestically, the center of attention for the students on a field trip.
Diantara keramaian, Rini dan Dewi berdiri bersebelahan, wajah mereka dipenuhi rasa ingin tahu dan antusiasme.
Among the crowd, Rini and Dewi stood side by side, their faces filled with curiosity and enthusiasm.
Rini tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
Rini couldn’t hide her excitement.
Baginya, ini lebih dari sekadar kunjungan sekolah.
To her, this was more than just a school trip.
Ini adalah kesempatan untuk menemukan hubungan yang bermakna dengan warisan budayanya.
This was an opportunity to find a meaningful connection with her cultural heritage.
"Dewi, lihat relief ini.
"Dewi, look at this relief.
Bukankah luar biasa?
Isn't it amazing?"
" Rini menunjuk ukiran yang menggambarkan cerita kehidupan Buddha.
Rini pointed at the carving depicting the life of Buddha.
Mata Rini bersinar, sedangkan Dewi mencoba untuk tetap tenang meskipun kerumunan di sekeliling semakin ramai.
Rini's eyes shone, while Dewi tried to remain calm despite the increasing crowd around them.
"Iya, indah sekali, tapi kita harus hati-hati," jawab Dewi, agak gelisah.
"Yes, it's very beautiful, but we have to be careful," replied Dewi, a bit anxious.
Dia merasa tidak nyaman dengan keramaian yang semakin padat.
She felt uncomfortable with the growing crowd.
Rini mendesah pelan, memahami kekhawatiran temannya, tapi cintanya pada sejarah membuatnya ingin menjelajahi lebih jauh.
Rini sighed softly, understanding her friend's concern, but her love for history made her want to explore further.
"Kau takut, Dewi?
"Are you scared, Dewi?"
" Rini bertanya dengan nada lembut.
Rini asked gently.
Dewi mengangguk, ekspresinya serius.
Dewi nodded, her expression serious.
"Kerumunan membuatku gugup," katanya dengan jujur.
"Crowds make me nervous," she said honestly.
Rini dihadapkan pada pilihan berat: Melanjutkan penjelajahannya sendiri atau menghargai perasaan sahabatnya?
Rini was faced with a difficult choice: To continue her exploration on her own or to respect her friend's feelings?
Saat mereka berjalan lebih dalam, tiba-tiba, kerumunan menjadi lebih padat dan Rini tak sengaja terpisah dari Dewi.
As they walked deeper, suddenly, the crowd became denser and Rini accidentally got separated from Dewi.
Hatinya berdebar panik.
Her heart raced in panic.
Dia telah terlalu fokus pada eksplorasi sendiri hingga melupakan kenyamanan temannya.
She had been too focused on her own exploration to the point of forgetting her friend's comfort.
Rini buru-buru kembali, mencari sosok Dewi di antara para siswa lainnya.
Rini hurried back, searching for Dewi among the other students.
"Dewi!
"Dewi!"
" dia memanggil dengan suara cemas.
she called out anxiously.
Tak lama, dia melihat Dewi berdiri di sudut yang agak sepi.
Soon, she saw Dewi standing in a quieter corner.
Dewi tersenyum memaafkan ketika Rini mendekat, dia menunjuk ke relief lain yang dia temukan.
Dewi smiled forgivingly as Rini approached, pointing to another relief she had discovered.
"Lihat ini, Rini.
"Look at this, Rini.
Bukankah ini mirip dengan yang kita pelajari tentang sejarah dinasti Syailendra?
Isn't it similar to what we learned about the history of the "dinasti Syailendra"?"
" tanya Dewi sambil menunjukkan ukiran.
asked Dewi as she pointed to the carving.
Kejutan melintas di wajah Rini.
Surprise crossed Rini's face.
Rasa kagum dan rasa bersalah bercampur menjadi satu.
A mix of awe and guilt came over her.
Ternyata Dewi telah menemukan sesuatu yang terhubung dengan penelitian Rini selama ini.
It turned out Dewi had found something connected to Rini's research all along.
"Terima kasih, Dewi.
"Thank you, Dewi.
Ini berarti banyak bagiku," kata Rini dengan tulus.
This means a lot to me," said Rini sincerely.
Dari pengalaman ini, Rini belajar pentingnya menyeimbangkan antara mengejar minat dan mempertimbangkan perasaan orang lain.
From this experience, Rini learned the importance of balancing between pursuing interests and considering the feelings of others.
Sementara itu, Dewi merasa lebih percaya diri.
Meanwhile, Dewi felt more confident.
Mungkin kerumunan tidak terlalu menakutkan jika dia bersama orang yang peduli.
Perhaps the crowd wasn't so intimidating if she was with someone who cared.
Keduanya terus menjelajahi candi, dengan langkah yang lebih sesuai untuk keduanya.
The two continued to explore the temple, with a pace that suited them both.
Di tengah kompleks candi yang penuh histori, Rini menemukan bahwa persahabatan juga merupakan bagian penting dari warisan yang ingin dia cintai.
Amidst the historically rich temple complex, Rini found that friendship was also an important part of the heritage she wished to cherish.