
Unearthing the Hidden Stories of Kebun Raya Bogor
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Unearthing the Hidden Stories of Kebun Raya Bogor
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di tengah hamparan keindahan Kebun Raya Bogor, daun-daun berguguran menyelimuti jalur-jalur setapak.
Amid the expanse of beauty at Kebun Raya Bogor, fallen leaves covered the pathways.
Musim gugur menambah pesona taman, dengan udara sejuk yang mengiringi langkah-langkah orang yang mencari ketenangan dari hiruk-pikuk kota.
The autumn season added charm to the garden, with cool air accompanying the footsteps of people seeking tranquility from the hustle and bustle of the city.
Ayu, seorang penulis muda yang penuh rasa ingin tahu, berjalan perlahan.
Ayu, a young writer full of curiosity, walked slowly.
Setiap akhir pekan, dia datang ke sini mencari inspirasi.
Every weekend, she came here seeking inspiration.
Saat berjalan menyusuri jalur kecil di belakang patung tua, Ayu tiba-tiba melihat sebuah buku berdebu, terjepit di antara bebatuan dan akar pohon.
While walking down a small path behind an old statue, Ayu suddenly saw a dusty book wedged between stones and tree roots.
Jurnalku? pikirnya.
My journal? she thought.
Ayu mengangkatnya dan membersihkan daun-daun kering.
Ayu picked it up and cleaned off the dry leaves.
Sampulnya sudah usang, namun masih menyimpan aura misterius.
Its cover was worn but still held a mysterious aura.
Ayu duduk di bangku dekat patung dan membuka jurnal itu.
Ayu sat on a bench near the statue and opened the journal.
Halaman-halamannya berisi sketsa-sketsa kasar dan fragmen cerita yang tak terhubung.
Its pages contained rough sketches and fragments of stories that were unconnected.
Huruf-huruf tangan itu tampak usang, seolah-olah menantang Ayu untuk memecahkan misterinya.
The handwriting looked aged, as if challenging Ayu to unravel its mystery.
Hatinya berdegup; ini adalah cerita tersembunyi, persis seperti yang dia impikan.
Her heart raced; this was a hidden story, just as she had dreamed.
Selama berminggu-minggu, Ayu mencoba memahami cerita di dalam jurnal itu.
For weeks, Ayu tried to understand the story inside the journal.
Namun, ia frustrasi.
However, she was frustrated.
Kata-kata di dalamnya sulit dipahami, seperti puzzle dengan potongan yang hilang.
The words within were difficult to comprehend, like a puzzle with missing pieces.
Ia rindu menghormati suara penulis asli tanpa mengubah makna ceritanya.
She longed to honor the original author's voice without altering the story's meaning.
Suatu hari, saat embun pagi masih menempel di daun, Ayu melihat seorang pria tua di taman itu.
One day, as the morning dew still clung to the leaves, Ayu saw an old man in the garden.
Pria itu tampak mengenal baik daerah sekitarnya.
The man seemed to know the area well.
"Sedang mencari inspirasi?" tanya pria itu dengan senyum lembut, melihat Ayu memegang jurnal.
"Looking for inspiration?" he asked with a gentle smile, seeing Ayu holding the journal.
"Ya, Pak. Saya menemukan ini," kata Ayu, menunjukkan jurnalnya.
"Yes, sir. I found this," Ayu said, showing her journal.
Pria tua itu menatapnya dengan tajam sebelum mengatakan, "Saya ingat benda itu. Aku pernah menulis di dalamnya, bersama teman-temanku, saat dunia berbeda."
The old man looked at her intently before saying, "I remember that thing. I used to write in it, with my friends, when the world was different."
Ayu tidak berkata apa-apa, membiarkan pria tua itu menjelaskan.
Ayu said nothing, letting the old man explain.
Di bawah pepohonan yang menaungi, sang pria bercerita tentang masa lalu.
Under the sheltering trees, the man spoke about the past.
Jurnal itu menyimpan kisah perjuangan sekelompok orang yang berkumpul di taman ini untuk merancang perubahan sosial.
The journal held stories of the struggles of a group of people who gathered in this garden to plan social change.
Tulisannya adalah sisa-sisa dari masa-masa itu.
Its writings were remnants from those times.
Ayu harus memilih, merahasiakan jurnal ini atau membagikannya dengan orang-orang yang lebih tahu, meskipun ada risiko kehilangan.
Ayu had to choose, whether to keep the journal a secret or share it with those who knew more, even at the risk of losing it.
Keputusannya muncul saat ia mendengarkan cerita pria tua itu.
Her decision came as she listened to the old man's story.
Ayu memutuskan untuk memercayainya.
Ayu decided to trust him.
Dia tahu, ada kekuatan dalam cerita yang tersembunyi dan tersampaikan dengan benar.
She knew there was power in stories when hidden and conveyed correctly.
Dengan bantuan pria tua itu, Ayu mulai membentuk proyek tulisannya yang baru.
With the help of the old man, Ayu began shaping her new writing project.
Ia merasa terhubung dengan sejarah yang lebih besar, dipenuhi inspirasi baru.
She felt connected to a larger history, filled with new inspiration.
Pengalaman ini mengubah Ayu.
This experience changed Ayu.
Ia menemukan keyakinan baru pada kemampuannya menenun hubungan pribadi dengan konteks sejarah.
She discovered a new confidence in her ability to weave personal connections with historical context.
Ia akhirnya memahami kekuatan sebuah cerita yang tersembunyi di depan mata dan merangkul perannya sebagai pencerita.
She finally understood the power of a story hidden in plain sight and embraced her role as a storyteller.
Di taman yang sama setiap minggu, Ayu menulis, membebaskan cerita untuk dunia.
In the same garden every week, Ayu wrote, releasing the story to the world.